Kontroversi Nadiem Makarim: Penghapusan Pramuka sebagai Ekstrakurikuler Wajib di Sekolah

Pendahuluan

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI Nadiem Makarim mencabut kegiatan Pramuka sebagai ekstrakurikuler wajib di sekolah.

Lewat Peraturan Menteri Nomor 12 Tahun 2024 tentang Kurikulum pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah, Pramuka ditempatkan sebagai kegiatan yang dapat dipilih dan diikuti sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat peserta didik.

“Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku: Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 63 Tahun 2014 tentang Pendidikan Kepramukaan sebagai Ekstrakurikuler Wajib pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku,” demikian bunyi Pasal 34 Bab V Bagian Ketentuan Penutup Permendikbudristek 12/2024 tersebut.

Peraturan tersebut ditetapkan di Jakarta pada 25 Maret 2024 dan mulai berlaku pada tanggal diundangkan yaitu 26 Maret 2024.

Info Lainnya: Pengembangan Bakat Siswa: Implementasi Metode STIFIn dan Talent Mapping dalam Konteks Pendidikan

pramuka

Latar Belakang

Pramuka telah lama dianggap sebagai bagian integral dari pendidikan di Indonesia. Didirikan oleh Bapak Pramuka Indonesia, Bapak Soekarno pada tahun 1961, Gerakan Pramuka bertujuan untuk membentuk karakter, kedisiplinan, dan kepemimpinan pada generasi muda. Selama puluhan tahun, pramuka dijadikan sebagai salah satu ekstrakurikuler wajib di sekolah-sekolah di seluruh Indonesia.

Namun, pada era Nadiem Makarim sebagai Mendikbudristek, terjadi perubahan paradigma dalam pendidikan. Makarim mendorong transformasi pendidikan dari pendekatan konvensional menuju pendekatan yang lebih inovatif dan relevan dengan kebutuhan zaman. Salah satu langkah yang diambil adalah mereformasi kurikulum dan meninjau kembali keharusan terhadap beberapa ekstrakurikuler, termasuk pramuka.

Alasan Penghapusan

Mendikbudristek Nadiem Makarim berargumen bahwa menghapus pramuka sebagai ekstrakurikuler wajib adalah bagian dari upaya untuk memberikan fleksibilitas lebih besar kepada sekolah dalam menentukan program ekstrakurikuler yang sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa. Ia juga menyatakan bahwa pramuka tetap bisa dijadikan sebagai salah satu pilihan ekstrakurikuler di sekolah, namun tidak lagi menjadi keharusan.

Selain itu, Nadiem Makarim menyoroti pentingnya menghadirkan kurikulum yang lebih relevan dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan pasar kerja global. Ia berpendapat bahwa sumber daya dan waktu yang dialokasikan untuk pramuka bisa dialihkan ke program-program yang lebih mengutamakan literasi digital, keterampilan berpikir kritis, kewirausahaan, dan pemecahan masalah, yang dianggap lebih relevan untuk masa depan siswa.

Info Lainnya: Strategi Efektif Pelatihan Jurus Jitu Memilih Jurusan Kuliah untuk Calon Mahasiswa

Reaksi Masyarakat

Keputusan Nadiem Makarim memicu beragam reaksi di masyarakat. Sejumlah kalangan mendukung langkah tersebut, menganggapnya sebagai langkah yang progresif menuju transformasi pendidikan yang lebih adaptif terhadap zaman. Mereka percaya bahwa dengan memberikan kebebasan kepada sekolah untuk menentukan program ekstrakurikuler, akan lebih memungkinkan bagi mereka untuk menyesuaikan pendidikan dengan kebutuhan lokal dan keunggulan sekolah.

Namun, ada juga banyak pihak yang menentang langkah tersebut. Organisasi pramuka, termasuk Pengurus Besar Gerakan Pramuka (PBGP), menyatakan keprihatinannya dan menekankan pentingnya pramuka dalam pembentukan karakter siswa. Mereka berpendapat bahwa pramuka tidak hanya tentang kegiatan lapangan, tetapi juga tentang nilai-nilai moral, kejujuran, kemandirian, dan rasa nasionalisme yang tidak dapat digantikan oleh program-program lain.

Kesimpulan

Kontroversi seputar penghapusan pramuka sebagai ekstrakurikuler wajib di sekolah menjadi cermin dari perubahan paradigma dalam pendidikan di Indonesia. Sementara beberapa mendukung langkah ini sebagai bagian dari upaya transformasi pendidikan, yang lain menyoroti pentingnya mempertahankan nilai-nilai tradisional dalam pembentukan karakter generasi muda. Bagaimanapun, hal ini menandai perubahan signifikan dalam pola pikir pendidikan di Indonesia, di mana fleksibilitas, relevansi, dan adaptabilitas menjadi fokus utama dalam menghadapi tantangan masa depan.

Info Lainnya: Menggunakan Teknologi AI untuk Asesmen Diagnostik: Pelatihan Bagi Guru Modern

 

Berdayakan diri Anda dengan pengetahuan dan keterampilan yang tepat! Kunjungi situs web kami, konsultan pendidikan dan pelatihan pendidikan terkemuka. Dapatkan bimbingan ahli untuk menentukan jalur pendidikan dan pelatihan yang paling sesuai dengan potensi Anda. Masa depan pendidikan Anda dimulai di sini!

KONSULTASI GRATIS DENGAN EXCELLENT TEAM SEKARANG!